Ikan Membuat Orang Jepang & Yahudi Pintar?
Adalah
fakta yang bahwa tingkat kecerdasan orang Jepang berada di atas rata-rata
tingkat kecerdasan orang Asia lainnya. Hal ini dibuktikan dengan kemajuan teknologi (Iptek)
Jepang yang mendapat pengakuan internasional dan sejajar dengan negara-negara
industri maju. Selain itu orang Jepang juga dikenal tetap sehat dan memiliki
gairah hidup tinggi sampai usia tua, bahkan sampai usia 80 tahun.
Dari
aspek gizi dan pangan, ternyata bahan pangan yang mendominasi makanan orang
Jepang ialah ikan, dengan tingkat konsumsi rata-rata 60 kg per orang per tahun.
Tingkat
konsumsi ikan orang Indonesia
masih di bawah 30 kg per orang per tahun. Sementara di Malaysia sudah mencapai
37 kg per orang per tahun.
Kadar protein ikan segar atau olahan
cukup tinggi, seperti cakalang 24,2%, tuna 23,7%, bandeng 21,7%, lemuru 20,2 %,
ikan mas 16%, pindang 27%, ikan asap 30%, ikan asin 42-50%, udang segar 21% dan
udang kering 62,4%. Kandungan lemak ikan rendah, umumnya di bawah 5%. Bandingkan dengan
kandungan lemak ayam yang mencapai 25%. Ikan juga kaya akan kalsium, fosfor,
besi, vitamin A dan B1.
Salah
satu komponen gizi yang terkandung dalam ikan dan diduga berperan dalam
meningkatkan kecerdasan ialah Docosa-hexaenoid-acid (DHA), yang merupakan asam
lemak tak jenuh ganda berupa rantai panjang Omega-3, terdiri dari 22 aatom
karbon, 32 atom hydrogen dan 2 atom oksigen.
Belakangan
ini DHA dijadikan food supplement, antara lain dicampur dengan susu bayi dan
balita, susu untuk ibu hamil, biskuit bayi, kapsul dan minyak ikan. DHA juga
terdapat di dalam air susu ibu (ASI), dengan demikian bayi yang disusui secara
penuh (dua tahun) kebutuhan DHA-nya sudah terpenuhi. Bagi orang yang terbiasa
mengkonsumsi ikan, terutama ikan air dingin seperti salmon tuna dan macherel
kebutuhan.
Dengan
memahami kandungan gizi ikan yang sangat baik untuk kesehatan maupun kecerdasan
otak, masyarakat Jepang lebih memilih makan ikan dibandingkan makan daging.
Beragam menu makanan Jepang umumnya berbasis ikan. Khusus ikan sidat, Jepang permintaannya
mencapai 120.000 ton per tahun. Dan itu baru permintaan yang diajukan Jepang ke
Indonesia, yang mereka tahu bahwa Indonesia adalah sumber bibit ikan sidat yang
sangat potensial.
Untuk
mendorong masyarakatnya mengonsumsi ikan sidat secara teratur, pemerintah
Jepang menetapkan satu hari dalam satu tahun sebagai hari makan ikan sidat.
Lalu bagaimana dengan orang Yahudi, apa yang membuat
mereka umumnya pintar-pintar?
Seorang peneliti dari Universitas Massachuset USA, yaitu
DR.Stephen Carr Leon
membuat penelitian mengenai kualitas hidup orang Yahudi. Dari hasil
penelitiannya terdapat fakta-fakta bahwa: ternyata bila seorang wanita Yahudi
hamil maka ia segera meningkatkan aktivitasnya membaca, menyanyi, bermain piano
dan mendengarkan musik klasik. Tidak hanya itu saja, mereka juga mulai
mempelajari matematika lebih intensif juga membeli lebih banyak lagi buku-buku
tentang matematika. Mereka pelajari buku-buk tersebut dan bila ada yang tidak
mereka ketahui, tidak segan-segan mereka datang ke orang lain yang lebih tahu
matematika. Semua itu mereka lakukan untuk anak yang masih di dalam kandungan.
Setelah
anak lahir, ibu yang sedanag menyusui anak anak memilih makanan dengan seksama.
Mereka lebih banyak makan kacang, korma dan susu. Dan pada siang hari mereka
makan roti dengan ikan! Ikan dianggap sangat bagus untuk otak. Selain itu, para
ibu Yahudi juga rajin minum minyak ikan (code oil lever).
Anak-anak
Yahudi juga selalu dianjurkan untuk makan ikan dan minum minyak ikan serta
mengonsumsi buah. Selain makanannya sangat diperhatikan, anak-anak Yahudi juga
diharuskan menguasai minimum 3 bahasa, yaitu: Hebrew, Arab dan bahasa Inggris. Aanak-anak
juga diwajibkan dilatih bermain piano dan biola. Dua instrumen itu dipercaya dapat
meningkatkan IQ mereka. Irama musik, terutama musik klasik dapat menstimulasi
sel otak. Sebagian besar dari musikus genius dunia adalah orang Yahudi.
Sementara
untu olah raga, anak-anak Yahudi diutamakan untuk menguasai menembak, memanah
dan lari. Menembak dan memanah dipercaya akan membentuk otak cemerlang yang
mudah untuk fokus dan berpikir.
Di New York terdapat pusat masyarakat Yahudi yang
mengembangkan berbagai kiat berbisnis kelas dunia. Di sini terdapat banyak
sekali kegiatan yang mendalami segi-segi bisnis sampai pada aspek-aspek yang
mempengaruhinya. Dalam arti mempelajari aspek bisnis yang berkaitan juga dengan
budaya bangsa pangsa pasar mereka. Pendalaman yang bergiat nyaris seperti
laboratorium , “reseaarch and develipment” khus perdagangan dan bisnis ini
dibiayai oleh para konglomerat Yahudi. Tidak heran bila kemudian kita melihat
keberhasilan orang Yahudi di berbagai bidang dan ‘menguasai’ dunia. Antara
lain: Starbucks, Cocacola, Levis
dan DKNY.
Mungkin, yang baik kita contoh dari
‘gaya hidup’
orang Yahudi maupun Jepang adalah kebiasaan mereka mengonsumsi ikan. Dimulai
sejak ibu hamil hingga anaknya lahir dan terus hingga mereka dewasa. (MH-Agromania, dari berbagai sumber)