Mencicipi Unagi Kabayaki
Saat browsing tentang ikan-ikan hebat di Indonesia,
saya kok banyak sekali dapat informasi tentang ikan sidat. Saya jadi penasaran
sekali, apa sih hebatnya ikan satu ini? Ternyata, memang banyak kehebatannya. Tidak
ingin menyimpan sendiri informasi yang sangat bermanfaat itu, saya pun berbagi
dengan membuat tulisan di Kompasiana 9 Oktober 2014, dengan judul: Ada Apa dengan Sidat?
`
Begitu seabreg-nya khasiat ikan sidat, saya yang
belum pernah sama -sekali mengonsumsi ikan yang banyak tersebar di perairan
Indonesia ini, jadi penasaran. Saya mencoba mencari sumber ikan sidat, tapi
ternyata harus pergi jauh, setidaknya ke Sukabumi atau Cilacap untuk
mendapatkan ikan sidat hidup. Karena di sanalah ikan sidat ini banyak
dibudidayakan.
Lalu saya teringat suatu saat pernah lewat di
daerah Kemang Timur, Jakarta Selatan pernah melihat sebuah konter mungil yang
spanduk di depannya tertulis: Ikan Sidat
Panggang: Unagi Kabayaki. Lupa-lupa ingat, saya pun mencoba menelusuri
daerah Kemang Timur. Setelah bertanya beberapa kali baru ketemu. Ternyata
lokasinya tidak tepat di jalan Kemang Timur Raya tapi masuk ke jalan Belimbing.
Sebuah spanduk warna biru pun terlihat jelas di depan konter.
Dengan penuh rasa ingin tahu, saya pun mampir ke
konter Unagi Kabayaki itu. Rupanya konter itu juga menjadi kantor sebuah
perusahaan agrobisnis, dan mereka yang ada di konter itu adalah juga sebagai
pegawai administrasi. Ketika saya tanya siapa pemilik usaha ikan sidat ini,
mereka jelaskan: pemiliknya adalah seorang mantan jurnalis di sebuah media nasional
gaya hidup. Dia mengundurkan diri dari dunia jurnalistik dan menekuni bisnis
ikan sidat, karena melihat prospeknya yang sangat bagus. Walau menurut para
pagawai di konter itu, masih banyak tantangan untuk mensosialiasikan ikan sidat.
“Karena belum banyak yang kenal sama ikan ini,” demikian kata mereka.
Wow, ternyata harga ikan sidat lumayan mahal, satu
kilo ikan sidat hidup ukuran konsumsi bisa mencapai harga Rp. 160 ribu. Mungkin
karena memang masih langka dan terbatas pembudidayanya. Sedangkan Unagi
Kabayaki atau ikan sidat panggang yang
siap santap (hanya tinggal dipanaskan sebentar) dijual dengan ukuran gram. Harga per gram-nya mencapai ratusan rupiah. Jadi,
satu ekor ikan sidat panggang berat sekitar 200 gram, yang dijual dalam kondisi
beku, bisa mencapai harga di atas seratus ribu rupiah. Ah, tapi tidak mengapa,
mengingat khasiatnya yang super hebat dan –katanya—sangat lezat, saya pun
membeli satu ekor Unagi Kabayaki ukuran sedang. “Cukup dihangatkan sebentar di
microwave atau dikukus, unagi kabayaki siap disantap dengan nasi hangat,” pesan
penjaga konter.
Sampai
di rumah, karena nggak punya microwave, ikan sidat panggang yang masih beku itu
saya kukus sebentar. Begitu sausnya yang berwarna cokelat gelap meleleh, segera
saya angkat. Bersama nasi hangat saya santap ikan sidat panggang itu. Wah,
benar, ternyata rasanya sangat lezat. Dagingnya empuk, lembut, tidak kenyal,
sausnya yang terdiri dari kecap jepang, terasa nikmat menyentuh lidah. Soal
khasiat, setelah beberapa saat makan, tubuh terasa hangat dan agak lebih segar.
Mungkin itu salah satu khasiat yang disebutkan dalam beberapa tulisan tentang
sidat saat saya browsing: ikan sidat bisa menambah stamina.